Sabtu, 25 April 2009

Cerita sedih tentang vest dan badan tambun

Punya badan agak tambun ternyata mengundang cemoohan. Selain dicemooh, punya badan tambun juga membawa banyak keserbasalahan. Misalnya, 2 hari lalu, saat harus jadi MC di sebuah acara kantor, saya serba salah antara menggunakan vest atau tidak. Menurut saya, memakai vest akan sedikit membantu penampilan saya terlihat lebih “eksklusif”. Tapi baru saja dipakai, Ibu Tia, rekan saya yang Cinta Fitri Addict, bilang: “Win, dari dada ke atas tampilan lo emang eksklusif, tapi dari dada ke bawah, lo keliatan explicit”. Saya mengernyitkan kening. “Iya, ekplisit banget tuh perut, sampai terlihat seperti saya waktu hamil enam bulan” kata si Ibu menohok. Skor satu kosong untuk si Ibu.

Duh, daripada nanti ditanyain kapan melahirkannya sama audience acara, terpaksa vest dibadan aku lepaskan. Tak apa, tak tampil lebih eksklusif, toh Tommy Tjokro, penyiar metroTV yang katanya mirip aku itu, juga jarang mengenakan vest.

Melihat vest telah kulepaskan, Ibu Tia yang masih berdiri di depanku bilang,
“Vestnya harus cari yang lebih besar, Win”.
Aku menjawab polos “Ini sudah ukuran paling besar, Bu”.
Si Ibu kembali menohok “Saya tahu” katanya jumawa. Ah, si Ibu kembali mencetak skor, dua kosong untuk kemenangan fans fanatik Teuku Wisnu ini

Aku nyengir keledai. Sambil mencari cara mengejar ketinggalan skorku.
“Win..” Si Ibu menepuk bahuku, “bukan vestnya yang perlu lebih besar, tapi perutmu itu yang perlu diperkecil” ia berlalu dari hadapku, berjalan santai lenggok lenggok serupa Mariantje Mantau.

Bekkkk..kata-kata si Ibu barusan seperti hook kiri Mike Tyson, aku terkapar jatuh. Knock Down untuk kemenangan Ibu Tia.