Sabtu, 11 Mei 2013

Batavia dan VOC: Titik Awal Globalisasi



Saya terkejut ketika keponakan saya, Alya - 6 tahun, yang tinggal di pinggiran kota Pontianak meminta saya membelikan poster seukuran manusia dari penyanyi tampan asal Canada - Justin Bieber. Saya terkejut tidak hanya pada permintaan Alya, tapi juga pada fakta bahwa globalisasi telah menjangkau daerah-daerah pinggiran. Saya setuju dengan Thomas L. Friedman, pengarang buku The World is flat, bahwa dunia semakin hari semakin flat, bahwa manusia di seluruh dunia akan semakin terhubung. Tapi menerima permintaan keponakan saya tadi, saya masih belum percaya bahwa globalisasi telah begitu dahsyat menjalar.


Selain cepatnya kemajuan infrastuktur dan teknologi, munculnya perusahaan multinasional adalah penggerak utama merebaknya globalisasi(1). Merek perusahaan multinasional seperti McDonald, Coca-cola, Nokia, Phillips dan lainnya, kini mudah ditemui di seluruh penjuru dunia. Tidak hanya mempengaruhi budaya – seperti permintaan Alya, perusahaan-perusahaan multinasional ini juga memberikan sumbangsih dalam bidang ekonomi bagi negara dimana mereka beroperasi. Dari 100 entiti ekonomi terbesar dunia, 53 di antaranya adalah perusahaan multinasional. Yang mengejutkan, kekayaan perusahaan-perusahaan tersebut melebih kekayaan dari 120 negara di dunia(1).


 



Lalu kapan dan apa nama perusahaan multinasional yang pertama berdiri?  Semua orang Indonesia pasti sudah kenal dengan nama perusahaan ini. Ko bisa? Perusahaan ini berdiri di Indonesia berabad tahun lalu. Ia dikenal masyarakat dengan isilah kompeni, atau compagie dari nama lengkapnya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau The Dutch East India Company. VOC didirikan oleh para pedagang Belanda dengan bantuan ide Dutch State General Johan Van Oldebarnevelt pada tanggal 20 Maret 1602. Dalam perjalanannya, VOC adalah perusahaan dengan multi-etnis pegawai dengan kantor pusatnya di Jakarta (Batavia saat itu) dan Ceylon (Sri Lanka saat ini). Dibangun untuk melindungi monopoli atas hasil bumi Asia dari serangan Portugis dan Spanyol, modal awal VOC adalah modal patungan sebesar sebesar 6.5 juta dutch guilders(2).

VOC saat itu merupakan megacorporation yang pertama kali mengeluarkan saham dan memberikan dividen sebesar 18% per tahun selama 200 tahun(3). Praktek ini masih terus diterapkan oleh perusahaan modern saat ini karena manfaat yang dihasilkannya. Pelepasan saham ke masyarakat umum, atau dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO) diyakini dapat membantu membangun struktur keuangan dan permodalan yang sehat buat perusahaan, meningkatkan transparansi, produktifitas, dan professionalisme pegawai dan manajemen(4).


Mungkin kita diwarisi ketidaksukaan pada kata kompeni, tapi tanpa sang kompeni mungkin dunia belum tentu mengalami globalisasi seperti saat ini. Terlepas dari pengaruh buruk globalisasi, kita atau setidaknya saya sebenarnya sedang menikmati dampak globalisasi. Saat ini saya sedang berada di depan komputer jinjing bermerek Lenovo buatan China, di sampingnya ada printer Hewlett Packard buatan Amerika, lampu penerang merek Phillips buatan Belanda, dan Blackberry dari Kanada. Globalisasi membuat hidup saya nyaman, tapi tidak merubah sesuatu di dalam diri saya – hati saya selalu dan akan selalu berlabel Indonesia.



Referensi:
3.       Friedman, T. (2005). The World is Flat, A Brief History of The Globalized World in The 21st Century.  New York

Minggu, 04 Desember 2011

Aku, Cinta, Kamu

Aku mencintai kamu, tapi kamu cuma mencintai kamu. Jadi kapan kita bisa menyatu?

Sejak aku mengenal kamu, kita sudah sedemikian dekat. Sedekat untaian kromosom. Tapi cuma secara fisik kita dekat, hatimu seperti hutan yang tak henti membuatku merasa tersesat. Aku tak pernah mengerti seluas apa hatimu dan ada apa di dalamnya. Jika kutanya apakah kau mencintaiku, mulutmu seperti Raflesia Arnoldi, kuncup menahun yang membuatku akhirnya keletihan melakukan apapun untuk membuat mulutmu kembang dan berkata sesuatu kembali. Jika aku bilang aku mencintaimu, dirimu tiba-tiba menjelma pohon pinus yang tumbuh cepat melebihi tinggi tubuhku dan secepat kilat tiba-tiba tumbuh daun yang membentuk kanopi menghentikan perkataanku disitu tanpa bisa menjelaskan lebih jauh bahwa aku mencintaimu sedalam-dalam hatiku.

Aku mencintai kamu, tapi kamu cuma mencintai kamu. Tapi aku tak kan berhenti sebelum engkau mengusirku.

Hari itu ulang tahunmu yang ketiga puluh. Tak ada yang hadir dipestamu, karena engkau sebenarnya tak ingin ada pesta. Aku tak tega melepas hari lahirmu tanpa sesuatu. Jadi, kubuat pesta ala ku sendiri. Cuma aku sendiri tamu yang diundang. Saat tepat jam 12 malam, di sebuah restoran tepi pantai, tiba-tiba tanpa engkau tahu sebelumnya, seorang waitres membawa kue ulang tahun mungil dengan lilin bentuk usiamu yang masih menyala. Aku riang menyanyikan lagu ulang tahun buatmu berharap engkau seriang aku mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberimu satu tahun tambahan usia.

Tapi usahaku sia-sia. Engkau tak juga riang. Bibirmu masih terkatup tertutup. Bibirmu sempat terbuka ketika engkau tiup nyala lilin diujung lagu yang cuma aku yang menyanyikan. Itu saja. Setelah itu, cuma ombak malam yang menemani kita, aku sendiri tepatnya, menikmati kue ulang tahun seharga setengahjuta rupiah.

Tapi, usahaku memesan makanan kesukaanmu tak sia-sia. Bibirmu kembali terbuka menikmati harumnya salmon bakar yang dimasak seadanya dengan taburan saos keju. Engkau tak bersuara, tapi aku tahu dari gerak bibirmu engkau menyukai makanan yang kupesan.

Aku berhenti makan setiap engkau mulai mengunyah. Buatku, ini lebih dari cukup untuk membalas usaha kerasku memesan tempat istimewa ini untuk malam istimewa bersama orang yang istimewa: kamu. Engkau menatapku lurus disuap salmon terakhirmu. Engkau tersenyum. Sebuah hadiah ulang tahun terindah di hari istimewa.

Aku mencintai kamu, tapi kamu cuma mencintai kamu. Dan aku berjanji, tanpa atau dengan cintamu, aku akan tetap mencintai kamu.

Aku tak pernah mencintai seseorangpun sebelumnya sedemikian dalam. Buatku, cinta seagung kejora. Cuma ada satu di setiap langit kehidupan seseorang. Aku sibuk dengan studi dan karir sehingga aku tak pernah memberi celah untuk cinta hadir. Aku belum siap mencinta ketika aku masih harus berusaha keras meraih gelar MBA dan menjadi direktur termuda di perusahaanku sekarang. Tapi, celah itu terbuka ketika engkau didekatku pertama kali. Di elevator menuju lantai 31 kantorku. Pagi itu hujan pukul 6. Tak ada karyawan yang datang ke kantor sepagi itu, kecuali aku yang harus menghindari macet Jakarta. Kecuali orang kesepian seperti aku dan kamu, Oke, seperti aku saja pastinya.

Dan seperti dongeng-dongeng di cerita-cerita masa kecil. Cinta sejati ditunjukan oleh alam untuk kita. Alam mewujudkan kejadian istimewa yang memaksa dua orang yang disejatikan saling mencintai bertemu; sepatu kaca yang tertinggal, pangeran dari negeri antah berantah yang tiba-tiba hadir dan mencium tubuh putri yang dingin beku, atau putri cantik yang tanpa alasan bersedia mencium kodok yang bisa bersuara.

Buat kami, buat aku tepatnya, kejadian istimewa itu adalah elevator yang mati pagi-pagi saat petugas elevator mungkin masih terjebak macet di pertigaan patung pancoran. Kami berdua berbagi oksigen, berbagi ketakutan. Tak ada pembicaraan kita saat itu, tapi refleksku mendekatimu yang mulai gemetar. Engkau diam ketika aku rangkul tubuhmu, ketika wajahku kudekatkan di wajahmu. Dan ketika hidung bangirmu bersentuhan dengan hidungku, kita sama-sama berucap “kita akan mati sama-sama”

Dan setelah itu, aku tak ingat apa-apa. Sekretasisku sudah ada di samping tempat tidurku. Dan ia bilang, aku ditemukan pingsan sebelum satpam gedung membawaku ke rumah sakit. Sejak itu aku mencintaimu, karena aku sungguh-sungguh ketika aku bilang aku ingin mati bersamamu.

Aku tetap mencintaimu. Tapi kamu cuma mencintai kamu. Aku akan melakukan apapun untuk membuktikan cintaku padamu tak terbantahkan.

Aku berhasil membujukmu. Bukan sepenuhnya karena aku sebetulnya. Aku cuma mengangguk ketika seorang teman baik menawarkan untuk membawamu ke psikolog. Bukan karena kamu sakit jiwa, tapi kita berdua harus dipersatukan. Masa depan kita ditentukan oleh kesamaan visi yang kita miliki. Saat ini, aku sadar bahwa kita mungkin saling mencintai; setidaknya aku tahu kadar cintaku padamu, tapi aku tahu cara kita memandang cinta teramat jauh berbeda. Demi masa depanmu, demi masa depanku, demi masa depan kita, rayu teman baik tadi. Aku tak memaksamu, aku hanya mengangguk setuju, dan engkau pun bersamaku pagi ini, di ruang seorang psikolog ternama yang wajahnya sering muncul di televisi dan majalah gaya hidup.

Aku tetap mencintai kamu, tapi kita memang harus berpisah, meski kita satu, kita tak memikul kata cinta yang sama.

Psikolog terkenal itu membukakan pintu untuk aku dan kamu keluar dari ruang praktiknya. Psikolog itu boleh berbangga, karena bantuannya aku jadi tahu mengapa sikapmu dingin selama ini. Mengapa tak sedikitpun engkau mau menghargai cinta yang aku berikan padamu. Engkau bilang, tak ada lagi cinta yang orisinal di dunia ini. Love is overrated. Tak ada lagi unconditional love seperti yang kamu mimpi-mimpikan sejak kecil. Cinta saat ini tak lebih dari logika yang bersayap romantisme. Romantis di mulut, tapi motif cintanya tak sedikitpun berbau cinta. Cinta yang banyak bertaburan saat ini tak cukup untuk memagari hati untuk tak bercabang. Cinta tak lagi cukup untuk menenangkan hati ketika dua orang berjauhan. Cinta hadir Cuma ketika dua fisik bersentuhan, setelah itu hilang terganggu sinyal handphone.

Tapi aku tak mau kalah dengan pendapatmu. Buatku cinta masih agung, unconditional love itu masih ada bela-ku. Belah saja dadaku, kataku, dan kamu akan temukan cinta putih disana. Aku masih percaya cinta yang mendamaikan dan cinta yang melenakan. Ada cinta seperti pada dongeng-dongeng yang pernah kita baca bersama. Jika kita pernah dihianati seseorang yang kita cinta, bukan berarti unconditional love itu benar-benar tidak ada. Kita hanya perlu mencari orang yang tepat kemudian berusaha membangun cinta yang agung itu. Jika banyak orang yang mudah mengatakan cinta padahal dihatinya tak lebih dari hasrat memenuhi kepenasaran atau hanya alasan sex dan harta semata. Jangan berhenti berusaha, aku akan terus bersamamu menjadi pejuang untuk menempatkan cinta di tempat yang agung, tempat semestinya cinta berada. Aku butuh kamu, karena kita harus berusaha bersama. Tidak aku sendiri, tidak kamu sendiri.

Sang psikolog tersenyum di pintu ruang praktiknya. Dia bilang aku harus kembali ke sini minggu depan jam empat.Minggu depan dia akan melerai ke-akuan dan ke-kamuan dalam satu raga ini. Cinta mungkin kompleks, tapi tak seharusnya itu memunculkan dua kepribadian dalam satu tubuh. Aku gontai.

Aku tetap mencintaimu meski cinta kita tak kan lama lagi. Minggu depan jam empat sore sang psikolog akan membunuh satu dari aku atau engkau.

Aku mencintaimu. Karena itu, atas nama cinta yang agung aku mengalah. Aku tunduk pada pemikiranmu bahwa cinta sudah terlalu diagungkan. Sudah saatnya kita menyadari bahwa segala sesuatunya berubah, termasuk cinta. Tak ada lagi unconditional love diatas dunia ini. Semuanya, dalam konteks apapun, harus dipertimbangkan dengan logika. Tak perlu kita mati demi orang yang kita cinta. Hanya orang-orang bodoh yang menyalahkan cinta atas kebodohan atas nama cinta yang mereka lakukan. Aku mundur, kenang saja aku tanpa pernah ingat bahwa aku pernah punya unconditional love.



Griya Kenanga, 4 Desember 2011

Jumat, 22 Oktober 2010

Menikahlah Denganku

Di sudut sebuah rumah makan di Jakarta. Remang cahaya lilin meruapkan aura romantis. Tak banyak pengunjung menikmati hidangan di rumah makan fine dining terbaik di Jakarta ini. Di antara para pengunjung, kami diam khusyuk saling menatap.

“Maukah kau menikah denganku..??”
Ia berlutut, menengadah dengan wajah terdedah harap. Aku bergeming, terkejut.
“Maukah kau menikah denganku, Ayu..??”
Ia mengulang katanya dengan suara yang lebih berat, berharap jawab.

Aku berdiri dari dudukku, mengangkat kedua telapak tangannya dari kedua telapak tanganku, pelan dengan cinta tak terbelah. Hatiku gundah, apa yang aku takutkan akhirnya datang juga. Bukan aku tak mencintainya, atau tak ingin menghabiskan waktu berdua dengannya seumur hidupku. Hanya saja, menikah dengannya..?? akhhh…

Lima belas bulan sebelumnya…
Senja di salah satu sudut Helsinski; Aku duduk di salah satu sudut café di dekat hotel dimana aku menginap di daerah Katajanoka. Aku baru akan datang ke tempat konferensi esok hari. Sore ini setelah menyegarkan diri di hotel, Aku menyempatkan keluar hotel dengan jaket yang kugunakan untuk menepis hawa dingin dan sebundel makalah yang harus kupresentasikan pada hari keempat dari lima hari konfrensi yang direncanakan.

Di sudut café yang didesain dengan gaya eropa: dinding batu bata merah ranum; lampu dinding ala mediterain; kudapan dan kopi yang masih mengepul, aku sibuk membuka-buka makalah ditangan. Sesekali kutatap orang-orang disekeliling sambil berpikir beberapa dari mereka mungkin juga peserta konfrensi besok hari yang diadakan oleh Working Group on DNA Analysis Method, sebuah organisasi bentukan FBI. Aku diundang dalam konfrensi ini semata karena aku terlibat langsung dalam analisa DNA korban tragedi Bali 2002 lalu, dan FBI yang terlibat dalam penyelidikan waktu itu menganggap aku Mas Ayu Putri Avieska layak berbicara di forum internasional itu.

Senja yang terus berjalan merubah sinar mentari yang keemasan menghilang. aku masih terpekur dengan makalah ditangan, saat seseorang menyapa.
“Indonesian…??”
Aku mengangkat pandang, menatap sumber suara.
“Yah,…” aku menjawab senang.
“Saya,.Roy..nice to have people from Indonesia, here…”
“Ya, nice to meet you too..”
“Silahkan,..” sambungku mempersilahkan teman baruku untuk duduk

“Travel atau sedang dinas…??,..” ia membuka percakapan
“Hmmm,..dinas.” aku menjawab tanpa melepaskan bundel makalah di tangan
“Oww..nampaknya Anda sangat serius, boleh saya tahu apa yang Anda baca..”
Aku mengernyitkan dahi, mungkin malu atau bahkan bangga dengan jawaban yang aku akan berikan atas pertanyaannya. Akhirnya, aku cuma bisa mengangkat makalah dan membalikan halaman depannya agar ia bisa membacanya sendiri.
“Advanced Using MtDNA at Restriction Fragment Length Polymorphisme method.. God, what a title,..Anda yang menulis…??”
Aku cuma membalas dengan senyum, bangga.
“Ini hari pertama di Helsinki..??”
“Yup..”
“Bagaimana kalau saya ajak Anda berkeliling , sayang kalau Anda ke Helsinki tapi tak sempat melihat banyak hal di sini. Ayo lah,..nanti akan saya ajak Anda melihat taman Sibelius atau taman Kaivopuisto, semuanya indah, terutama patung-patung Roma-nya.
Ayolah, tak mungkin saya berbuat jahat sama orang satu negara, lagi pula apa saya ada tampang penjahat…” rayunya.

Akupun mengangguk tanda setuju. Aku juga tertarik untuk menikmati pemandangan Helsinki lebih jauh. Beberapa saat kemudian kami berada di pedestrian melewati gedung-gedung yang berarsitek sangat eropa hasil peninggalan kekusasaan Rusia di ibukota Finlandia ini. Aku tertegun mengagumi Tsarina`s stone, tugu yang diatasnya bertengger elang emas berkepala dua, objek yang tak pernah dilewati turis mancanegara saat berkunjung ke Helsinski.

“Anda belum cerita, tujuan anda di Helsinki…” tanyaku
“Hmm..Anda sudah berkeluarga,..???” tanyanya mengelak dari pertanyaanku
“Belum,..”
“Mengapa…??” Hening yang panjang, ia nampak tak nyaman
“Yaaaa, belum ada cinta yang menepi..” jawabku sekenanya
“Hmm..”, ia sedikit terkekeh,… “tak kan pula cinta menepi bila belum kau siapkan dermaga untuk cinta menepi” katanya.
“Kamu…??”
“Hampir…”
Aku memandang wajahnya,..meminta penjelasan..
“Aku justru berbeda denganmu, justru karena seringnya cinta menepi, aku tak pernah jadi menikah.”
“Maksudmu..??”
“Aku mudah jatuh cinta, bahkan suatu saat, aku pernah mencintai 7 orang dalam satu waktu..”
“Tujuh..???!!, bagaimana mungkin, engkau cuma punya satu tulang rusuk yang terserabut.”
“Tujuh,…??!!” Aku masih belum mengerti
“Aku selalu menemukan kekurangan dari orang yang aku cintai, dan ketika tidak kutemukan kekurangan tersebut pada seseorang, aku akan mencintainya,..dan begitu seterusnya, sehingga genaplah sudah tujuh orang yang saling melengkapi satu sama lain dan tak mungkin semuanya aku nikahi,..kan…??.”
“Tapi, yang engkau cintai dari jenis manusia kan..?? Mencintai manusia berarti engkau akan menemukan kekurangan di dalamnya,” debatku

“Kamu, kenapa tak kau coba untuk menjadikan seseorang sebagai kekasih…?” balasnya
Ia menatapku, kali ini lebih dalam.Aku kikuk tapi mata kami bertemu lama.

Helsinki pada senja menjadi kolaborasi tempat dan waktu yang menyenangkan untuk menikmati pedestrian. Tak terasa kami telah berjalan lebih dari satu kilometer. Kini kami berada di teras katedral Uspanski, katedral yang dibangun oleh AM Gornostayev pada tahun 1868. Di sini kami dapat melihat Helsinski secara lebih detail, terlihat market square yang hanya ramai pada pagi hingga siang dan kapal-kapal pesiar yang berseliweran di laut Baltik.

“Kamu pernah jatuh cinta…??? tanyanya
“Cinta terlalu absurd buatku, ia kata yang terbang, rasa yang tak terdefinisi, aku lebih suka menjabarkan sel eukariot dan proses migrasi kromosom ketimbang harus bicara tentang cinta.” Jawabku panjang lebar. Aku memang asing dengan cinta. Sejak aku baligh sampai usia awal tiga puluhan seperti saat ini, aku belum pernah merasakan jatuh cinta. Aku pernah menyukai seorang teman SMA dulu, tapi sesuatu dalam benakku melarangnya. Alhasil, aku cuma bisa menunjukkan rasa benci pada laki-laki yang sebenarnya membuat jantungku berdegup keras. Aku akhirnya sibuk dengan urusan sekolah, kuliah dan penelitian. Aku tak mengindahkan banyak laki-laki yang sebenarnya mengejar cintaku. Aku rigid. Aku cuma tak ingin menyia-nyiakan hidupku untuk sebuah perasaan serupa cinta. Persis seperti ayah ibuku yang akhirnya bercerai demi mengejar cinta yang baru. Padahal mereka pernah saling mencintai ketika mereka menikah. Mereka masih saling mencintai ketika aku lahir. Tapi ketika cinta mereka pupus dan masing-masing menemukan cinta yang baru, mereka tega meninggalkanku di rumah nenekku. Cinta baru mereka membuat mereka lupa, aku masih butuh kasih sayang. Kata-kata barusan terucap tanpa sadar. Belum pernah aku menceritakan hal yang sangat pribadi tersebut kepada orang lain. Terlebih lagi pada orang yang baru 2 jam aku kenal.
“Tapi, sejatinya manusia adalah makhluk pencinta, kamu pasti akan merasakannya lagi ” katanyanya menyudutkan
“By the way, senja hampir menepi, malam akan segera datang. Kita kembali ke Katajanoka, hotelku tak jauh dari café tadi kita bertemu.” Aku tak suka arah pembicaraannya barusan.
“OK..kita bisa bertemu lagi..???”
“Mungkin..” jawabku..

Seperti yang sudah dijadwalkan, pada hari keempat aku menjadi pembicara dengan makalah yang memang telah aku persiapkan. Aku sepintas menangkap wajah Roy diantara para peserta seminar. Dan betul sesaat setelah seminar berakhir Roy datang menghampiri.
“Good Job, Indonesia butuh orang-orang yang mampu mengharumkan nama bangsa seperti kamu ”
“Thanks..!!.” Aku tersenyum, menatapnya dalam..menyenangkan rasanya menemukan seorang Indonesia di antara kerumunan wajah kaukasia. Ia juga menatapku dengan cara yang sama.
“you know what..?..presentasi kamu tadi mengingat saya arti pentingnya cinta”
Aku terkaget, apa maksud dari perkataannya barusan.
Ia melanjutkan, “Cinta itu seperi Mitokondria yang tadi kamu jelaskan di seminar, ia adalah penyemangat, penghasil adenosin tripospat yang membangkitkan energi, keberadaannya mesti ada pada semua sel, terutama pada saat-saat dimana kita perlu pembangkit gairah, seperti juga mitokondria yang sangat dibutuhkan oleh sel-sel kontraktil dan sel-sel tubuh yang selalu membelah seperti pada epitelium, akar rambut dan epidermis kulit”
Aku terhenyak, aku belum mengenalnya jauh.
“Kapan balik ke Jakarta..??” tanyanya
Aku tersentak dari lamun panjangku untuk mencoba menebak lebih jauh identitas orang yang telah membuatku salah duga, membuatku bangga.
“Oh..besok, pesawat jam 8 malam, kamu…??”
“Mungkin saya akan menetap disini sampai setahun kedepan..Penelitianku tentang perilaku ribosom pada proses duplikasi DNA virus HIV belum selesai..” jawabnya.
Aku kembali tertaget, tapi aku merasakan nyaman yang baru kali ini kurasakan bersama seorang laki-laki. Meski terlambat, tapi mungkin aku masih layak merasakan cinta.

Kembali ke Jakarta…
“Bukankah seharusnya engkau gembira, Sayang..??” ia telah berdiri dengan sejuta tanya
“Aku gembira, Roy..hanya sajaa..?”
“hanya saja..??” ia berlalu menjauh, perlahan, pasti dengan gusar yang menggelombang.
“Roy..??!” aku setengah berteriak memanggilnya, ia berhenti, dan berbalik arah
“Bukannya aku tak mencintaimu, Roy, hanya saja,…”
Wajahnya kritis mengharap penjelasan.
“Hanya saja, aku..aku tak percaya dengan…..per ni ka han”
Roy terkejut. Ekspresinya seperti tanaman yang bertahun-tahun tak disiram
“Cobalah mengerti dulu dan tak menjadi hakim sebelum saya jelaskan semua..”
“Saya tak percaya pada pernikahan, karena cinta tak harus dikontrak sehidup semati, itu sama saja memenjarakan rasa, sesuatu yang saya sendiri tak tahu bentuknya, kamu ingat ceritaku lima belas bulan yang lalu tentang kedua orang tuaku, kan?”
“Jadi, kau tak sepenuhnya mencintaiku..?” tanyanya sedih
“Bbbb bukan begitu, I do love you, so so much, but..do I love you next year..?”
“ I will love you next year, and the years after…believe me.” Roy menjawab setengah berteriak mengguncang bahuku dan memaksa mata kita bertabrakan
“ Saya percaya kamu Roy, tapi..”
“ Tapi apa..??!!, kamu takut kita tak saling mencintai ke depan..??!’, ya Tuhan, kamu dan saya tak kan pernah tahu apa kita akan saling mencintai kecuali kita mencobanya”
“Apa jadinya jika kita tidak lagi saling mencintai sementara kita masih terikat pernikahan..??”
“Ayu, mencintai is a never ending process, menikah adalah cara untuk melegalkan proses cinta bertumbuh. Cinta akan membesar kala kita menikah, karena kita akan berproses untuk mengetahui satu sama lain. It’s a process Ayu..”
“Tapi, mereka menjadi musuh setelah menikah, bersitegang dan saling membenci setelah menikah”
“Itu karena mereka berpikir bahwa menikah adalah pelabuhan terakhir dari cinta, it wasn’t, pernikahan itu awal bukan akhir perjalanan cinta, banyak orang sukses bertumbuh cintanya setelah menikah, bahagia luar biasa setelah itu, trust me..!!”
“I do trust you, mungkin kamu banyak melihat orang yang bahagia setelah menikah, Tapi aku dengan mata kepalaku justru melihat sebaliknya”
Roy luluh lemas. Tak tahu apa lagi yang harus dikatakannya padaku, perempuan yang katanya telah memenuhi hatinya sejak lima belas bulan lalu. Kami diam di kursi masing-masing, membiarkan udara malam membekukan tubuh kami, menyerahkan semuanya pada waktu, sang penguasa alam.

LIturgi Kematian

Beberapa karangan bunga dipasang di sekitar podium. Merah ranum, putih gading; Mawar. Udara beku dingin. Di dekat bunga-bunga yang memendar wangi, wajah David pias putih. Baju putihnya ditutup jas hitam baru. Ia kaku disana, matanya terpejam penuh. Tubuhnya terbaring di peti yang tutupnya dibiarkan terbuka. Hanya kain kelambu menutupi peti. Semua hadirin senyap khidmat mendengarkan pemberkatan terakhir dari pastor gereja. Mengantarkan jasad David yang sebentar lagi dibawa ke peristirahatan terakhir.

Semua wajah berkabung tak terkecuali. David, Bapak tiga anak ini meninggal beberapa hari lalu dalam serangan jantung mendadak. Tak ada firasat sebelumnya yang mengabarkan ia akan terbang ke negeri seberang tanpa pernah kembali pulang. Nyawa yang hanya satu memang bisa lepas kapan saja, mengagetkan keluarga dan rekan, membawa derai tangis sepekan.

Sang pastor memula pemberkatan
Kembalilah tenang hai jiwaku, sebab Tuhan itu baik. Sungguh berharga kematian semua orang yang dikasihiNya, sebab kepadaNya ada pengampunan. Tetapi Tuhan, kami sungguh berduka atas kehilangan saudara kami ini. Perpisahan dengan kematian ini membuat keluarga di sini dan persekutuan kami melihat betapa rapuhnya hidup ini.

Seperti pemazmur yang mengatakan bahwa: “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia. Dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.”

Khutbah sang pastor selesai. Liturgi belum sepertiganya selesai. Jamaat yang hampir kesemuanya berbaju hitam menunduk menahan tangis. Melepas David, satu dari sekian banyak jemaat gereja yang rajin mengikuti pelayanan. Ia disuka hampir semua orang. Keramahan bercampur semangat dan kecerdasannya merupakan magnet besar yang membuatnya disukai banyak orang.

Setelah sang pastor, tiba giliran Sarah, istri David. Sejak berdiri dari kursinya di barisan depan ruang misa, Sarah sudah menjadi perhatian. Sarah, seperti juga David, dikenal sebagai pribadi yang menarik. Tidak cuma karena keramahan dan antusiasmenya, tapi juga fisiknya. Meski telah melahirkan tiga anak, jejak kecantikan sarah tak pudar. Sarah, cantik secantik-cantiknya, mirip Aishwara Rai, primadona Bollywood. Sarah, sangat kontras dengan David yang berbadan tambun, bermata sipit dan berkacamata minus tebal. Mereka bertemu saat sama-sama kuliah di Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Rekan-rekan Sarah menduga, David telah menggunakan ilmu hitam untuk menggaet Sarah. Secara logika, tak mungkin Sarah jatuh hati pada David. David memang cerdas, tapi di NTU banyak laki-laki secerdas David tapi punya penampilan yang jauh lebih baik dari David. Jemaat tak tahu bahwa sebentar lagi Sarah akan mengungkapkan ilmu hitam apa yang telah digunakan David selama ini.

Sarah berjalan tegak. Masih terlihat mendung diwajahnya. Sesekali ketika ia menuju podium ia menatap tiga anaknya yang sejak awal misa duduk bersisian dengannya. Jemaat menahan nafas. Mereka dapat melihat kehilangan besar yang dirasakan Sarah. Betapa tidak, Sarah dan David adalah pasangan inspirasional. Beberapa anak muda menjulukinya sebagai “love is blind” couple. Mereka percaya Sarah tak melihat fisik David ketika mereka memutuskan menikah. Karena, sekali lagi, Sarah bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari David. Sarah juga tak mungkin dituduh menikahi David karena harta. Sebagai putri diplomat, tak kurang kekayaan yang diterima Sarah dari orangtuanya.
Jemaat menahan nafas, mereka telah siap mendengarkan kata perpisahan yang memilu yang akan keluar dari bibir Sarah.

Selamat pagi semua.Sarah memulai pidatonya.
Terima kasih atas dukungan dan ungkapan duka cita Anda semua, kepergian David memang berat, tapi dengan bantuan Anda semua, kami pasti bisa melaluinya.

Sampai sini Sarah diam. Ia menunduk sebentar, kemudian membuka kacamatanya dan sedikit merapikan rambut sebahunya dengan sedikit kibasan. Jemaat menahan nafas. Sarah berubah cerah. Jemaat terdedah, kemudian Sarah tersenyum dan melanjutkan pidatonya. Jemaat bertambah heran. Kaku menatap sikap Sarah

Berbeda dengan pidato pelepasan yang biasa Anda dengar ketika seorang meninggal, Saya, tidak akan bercerita hal-hal positif saja tentang David. Saya, justru akan menjabarkan perilaku buruk suami saya…Dan itu tidak sedikit.
Sarah menyelipkan senyum nakal di akhir kata-katanya barusan

Jamaat menahan napas. Ibu dan Bapak David saling menatap satu sama lain, heran. Begitu pula jemaat lain yang datang bersama suami atau isteri atau rekan masing-masing. Tapi Sarah tetap bersuara lantang dengan sikap yang meyakinkan. Sebagian wajah-wajah hadirin tegang. Tak menduga apa yang telah dan akan dikatakan Sarah.
Suami saya, bukan pria romantis sama sekali. Ia lebih sering berada di depan laptopnya dibandingkan berbaring dengan saya di tempat tidur. Malam-malam pertama setelah menikah adalah malam-malam penuh siksaan buat saya. David jarang menemani saya, sekalinya ia ada di samping saya ia MENDENGKUR dengan dahsyatnya.
Sarah berbicara dengan antusias. Tulus tak dibuat-buat. Suasana di dalam gereja dan wajah-wajah jemaat yang sebelumnya tegang mulai cair. Sarah kembali melanjutkan
Suara dengkurannya seperti kereta luar kota kroook… ……kroook…… kroook
Sarah meniru dengkuran David dengan jenaka. Hadirin mulai menahan senyum.
Ketika makan di meja makan, cara ia makan betul-betul kampungan. Ia bisa bersendawa tiba-tiba,
Sarah lagi-lagi meniru gaya David bersendawa, HuAAAHHH, lucu persis.
Kemudian David akan melanjutkan makannya seolah tak terjadi apa-apa. Kata sarah melanjutkan.
Sarah kemudian diam menunduk. Kemudian dengan suara tertahan ia kembali melanjutkan pidatonya.
Sebagian dari Anda pasti bertanya mengapa saya tak memilih lelaki lain yang lebih sempurna. David sipit..Sarah memicingkan matanya lucu, jemaat tersenyum.
David tambun. Sarah mengelembungkan pipinya sehingga wajahnya cantik membulat, bulat seperti wajah david. Beberapa jamaat mulai berani melepas derai tawanya meski cuma sedikit. Tetapi tawa seluruh hadirin pecah memenuhi ruang gereja, ketika Sarah dengan sedikit terbuka menceritakan kehidupan ranjang mereka. David, kata Sarah, lebih suka menjadi “anjing” daripada menjadi “misionaris”. Sarah tanpa malu, tidak hanya berkata, ia bertingkah lucu menirukan ucapannya, penuh penghayatan selayak pelawak.

Ketika tawa hadirin reda. Sarah kembali pada posisinya, dengan khidmat dia mengatakan;
Ketika saya gadis, semua orang memuji kecantikan saya. Karenanya, saya berusaha menjadi sempurna untuk semua orang, untuk menyenangkan mereka yang telah menyenangkan saya melalui pujian selangit. Tapi pujian yang sama tidak saya dapat dari David. Ia satu-satunya lelaki yang belum pernah mengatakan saya cantik, saat itu.
Awal perkenalan kami terjadi ketika kami sama-sama satu kelompok untuk mengerjakan satu projek kuliah. Ketika hanya kami berdua beradu argumen di perpustakan, tiba-tiba David berkomentar; Hidungmu bangir mancung, tapi kurang simetris.

Rasanya bukan main marahnya mendengar penghinaan David barusan. Saya pikir, David laki-laki tidak normal. Ia hanya tak suka pada saya yang menjadi pusat perhatian. Tapi, kemudian David menatap saya dalam, membuat saya kikuk didepan makluk teraneh itu. Ia lalu mengatakan sesuatu yang tidak saya duga sebelumnya; Ketidaksimetrisan hidung kamu itu membuat saya jatuh hati, katanya, syahdu sambil menatap dalam ke mata saya. Saya malu seketika, kikuk mendengar pernyataan David barusan. Selama ini saya berusaha sekuat tenaga menutupi sedikit ketidaksimetrisan hidungku dengan riasan make up, semua orang tertipu, tapi tidak David.

David, satu-satunya orang yang mampu melihat kekuranganku daripada kelebihanku. Tidak hanya ia mampu menemukan tapi juga mencintai kekuranganku. Ketika ia melihat kekuranganku, tak ada yang ia lakukan kecuali ia memujiku. Ia tahu, saya tak bisa memasak, tapi ia selalu memuji hasil masakanku. Ia tahu saya suka film-film cengeng bollywood, ia tak protes meski saya tahu ia sangat membenci menonton film apapun, kecuali Doraemon kantong ajaib. Dan ia tetap bersamaku selama dua jam lebih di dalam bioskop.Tanpa Mengeluh

Hadirin tersenyum.

David, yang menyadarkanku untuk melihat kelebihan dan kekurangan dengan cara pandang yang sama. Kita tidak hanya bisa mengambil kelebihan seseorang tapi tak menerima kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan seseorang hadir saling melengkapi, begitu David mengajarkan saya.

Bersama David, 17 tahun terakhir, saya belajar untuk mengerti bahwa sebagai manusia kita dipenuhi oleh ketidaksempurnaan. David yang bilang ke saya, ketaksempurnaan manusia adalah bentuk kesempurnaan kita sebagai manusia. Sarah jeda, kepalanya menunduk.

Saat ini, saya akan kehilangan jasad David, tapi pelajaran yang David berikan akan terus menjadi peninggalan berharga buat saya, dan akan saya teruskan untuk anak-anak kami.
Sarah menatap satu-satu ketiga putra-putrinya. Sambil menatap ketiganya, Sarah penuh yakin mengatakan

Anak-anakku, Jangan pernah berusaha menjadi sempurna jika itu membuat kamu kehilangan sisi riang dirimu. Jangan pernah ingin sempurna, jika itu harus melukai orang lain. Biar saja orang mengejekmu karena ketidaksempurnaanmu. Mereka yang mengejek ketaksempurnaanmu, adalah mereka-mereka yang belum memahami hakikat kemanusiaannya. Ketaksempurnaan David, ayah kalian, juga ketidaksempurnaan kalian anak-anakku, membuat hidup Mama sempurna.

Hadirin sepi. Sarah turun dari podium. Ada tetesan airmata di wajahnya. Ia berjalan bergegas menghampiri kemudian memeluk tiga putra-putrinya.

Selasa, 03 Agustus 2010

Di Depan Pintu, Ariel Menunggu

"Baru kali ini, Indonesia mampu membawa isu yang mampu bertahan selama 9 jam di trending topic Twitter, mengalahkan peluncuran IPad dari Apple Inc."

Juni 2010 lalu Indonesia dihebohkan dengan munculnya video porno mirip artis Ariel dan Luna Maya. Namun, sampai saat ini vokalis band Peterpan dan icon XL tersebut belum mengakui bahwa mereka adalah pelaku dalam video tersebut. Ternyata rumors yang ada terus berkemabnag, bahkan dikabarakan masih banyak lagi video-video serupa yang diperankan ariel dan pacar-pacarnya yang lain.

Hal ini terjadi sebagai ekef negatif dari kemajuan teknologi. Hanya dalam hitungan menit berita dan video tersebut menyebar dan mudah diakses oleh pengguna internet di seluruh dunia. Banyak rumor berkembang menyebutkan bahwa masih banyak koleksi pribadi ariel yang berpindah tangan dan sampai saat ini belum diekspos ke dunia maya.

Secepat reputasi ariel naik ketika masuk ke dunia musik, secepat itu pula namanya akan terpuruk, akibat beredarnya video porno itu. Jika terbukti bahwa Ariel memiliki 32 koleksi video porno seperti yang diberitakan, maka Ariel berhak mendapatkan rekor Muri sebagai artis dengan video porno terbanyak.

Seiring dengan ramainya trending topic di jejaring social twitter mengenai video porno Ariel, nama Ariel inipun kini mendunia. Bahkan, salah satu artis porno terkenal dari Jepang, Miyabi, menantang Ariel untuk bermain dalam satu film.

Apa yang dilakukan Ariel menunjukkan kebobrokan moral para artis Indonesia. Bahkan beberapa kalangan mengkhawatirkan ini sebagai awal maraknya perilaku bejat masyarakan pada zaman Nabi Luth. Bagi Ariel, apa yang dilakukannya tidak hanya mengakibatkan hujatan dari masyarakat, bahkan pintu neraka sudah menantinya.

(ditulis oleh secara gotong royong oleh peserta training BKW TOP Academy Batch 2)

Senin, 29 Maret 2010

Engkau Masih Baik

Engkau seperti guci antik di rumahku
Kurawat engkau semampuku
Kujunjung kehormatan keindahanmu
Tapi di belakangku
Engkau seperti toples kue
Haruskah berlanjut kujunjung kehormatanmu

Engaku (mungkin) baik hati
Mungkin engkau tak seburuk yang kupikirkan
Engkau memiliki berjuta kebaikan
Buruk dan baik Cuma masalah subyek penilai
Engkau pastilah baik buatmu, buat para pemujamu
Buat tetangga-tetanggamu, buat teman malammu
Tapi belum baik buatku
Atau aku harus sepertimu, biar aku mampu melihatmu baik

Main Hati

Jangan merasa bersalah
Jika kau baca banyak luka di kisahku
Jadilah dirimu sebelum ini
Yang tak pernah bermain hati
Untukku dan puluhan temanmu